Suatu sore yang cerah, Nara, seorang gadis kelas 7 yang gemar melamun, duduk di taman belakang rumahnya sambil menatap langit. Ia selalu membayangkan ada dunia lain di balik awan. Dunia tempat makhluk-makhluk baik hati tinggal dan menjaga bumi.
Tiba-tiba, kilatan cahaya turun dari langit.
Dari sana muncul sosok kecil bersayap putih kebiruan. Tubuhnya berkilau lembut
seperti kapas yang terkena sinar matahari.
“Siapa kamu?” tanya Nara dengan mata terbelalak.
“Aku Lumo, penjaga awan,” jawab makhluk kecil
itu sambil tersenyum. “Aku datang karena mendengar hatimu sering berbicara
dengan langit.”
Sejak hari itu, Nara dan Lumo menjadi sahabat.
Setiap sore, mereka berbincang di taman. Lumo mengajarkan Nara arti keberanian
dan kebaikan.
Namun, suatu hari, langit menjadi gelap dan petir menggelegar. Lumo terlihat
gelisah.
“Badai hitam akan datang. Dunia awan sedang
diserang oleh makhluk kabut jahat,” katanya panik.
Nara menatapnya dengan khawatir. “Apa aku bisa
membantu?”
Lumo mengangguk. “Kau memiliki hati yang bersih. Hanya manusia berhati tulus
yang bisa menyalakan cahaya awan.”
Dengan keberanian luar biasa, Nara memegang
tangan Lumo. Cahaya biru keluar dari tangannya dan naik ke langit. Perlahan,
badai reda, dan sinar matahari kembali muncul.
Lumo menatapnya bangga. “Kau pahlawan dunia
awan, Nara. Tapi kini aku harus kembali.”
“Terima kasih, Lumo,” kata Nara. “Kau sahabat terbaikku.”
Saat itu, Lumo perlahan menghilang bersama sinar langit. Nara tersenyum, menatap awan yang tampak seperti wajah sahabat kecilnya. Sejak saat itu, ia selalu percaya bahwa imajinasi bisa menjadi kekuatan nyata.
No comments:
Post a Comment