Monday, January 7, 2013


UNTUK SEORANG KAKAK DIBULAN RAMADHAN


“hello kakakku yang baik yang pintar...dan” Resi merayu kakaknya yang sedang mengerjakan tugas dilaptop.
“apa heh?? Mau minta bantuan ya? Kelihatan amet kamu, Res” celetuk Kadita.
“ya umm..um.. iya sih.hehehe..” Resi menggaruk kepalanya polos
Kadita bangkit dari kasur dan duduk disamping Resi. “mau minta bantuan apa adikku sayanggg?”
“anu..kak. Nanti aku minjem laptopnya ya kakakku,lucu imut deh ah kakak” ia merayu,lalau pergi.
“huh dasar ada maunya pasti deh muji-muji.giliran enggak ? ehemm..”

Kadita menyelesaikan lagi tugasnya, dan setelah mendengar adzan asar ia bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat asar.
“yeee.. rajin amet. Haha” ledek Resi
Kadita melotot,ia tak terlalu menggubris ledekan Resi “hem... ya ya ya”
Bulan Ramadhan tahun ini, memang Kadita dan kedua adiknya Resi dan Fathan ditinggal seorang ibu, yang telah lama dirundung sakit kanker selama berbulan-bulan. Memang pahit,amat pahit rasanya tapi Kadita sebagai anak sulung, ia ingin berusaha lebih baik untuk kedepannya walau tanpa seorang mama tercinta disamping mereka.

Nenek dan pembantu rumah,Mbak wiwik sedang sibuk menyiapkan persiapan buat berbuka puasa.Kadita juga ikut membantu menyiapkan minum dimeja makan setelahnya ia selesai mengerjakan tugas.
“ini siapin di meja makan aja ya Nek. Biar entar gampang terus gak banyak debu.” Ujar Kadita.
“iyaaa..sekalian juga ya simpenin makanan yang lainnya Dit!” Pinta Nenek
“iya oke deh, Nek” Kadita tampak semangat membantu.

Tak lama adzan magrib berkumandang semua umat muslim sangat bersorak bahagia tentunya pula dengan kebersamaan yang terjalin. Kadita sekeluarga berbuka dengan makanan buatan nenek yang menurut dirinya dan anggota keluarga lainnya sangat lezat dan bikin selera makan nambah.
“allhamdulillah...” serempak beberapa anggota keluarga Kadita
“allhamdulillah... ayo ta’jilnya dulu tuh dimakan!” Kata Nenek lembut
“iya aku mau aku mau!” Resi mulai rempong berbuka
“Kak,kakak aku minta kurmanya kak!” Fathan ikut-ikutan ngomong
“udah jangan pada ribut,toh masih banyak makanan lainnya. Kasih coba dulu si Fathan,Res!” suruh Kadita.

Persiapan untuk shalat tarawihan di Masjid..
“Resi, berangkat ke Masjid sekarang yuk!entar malah siAtan pengen ikut lagi ah.” Kadita memburu-buru Resi
“bentar dong kak! Kenyanggggg banget!” Resi memegangi perutnya yang kekenyangan
Setelah suara adzan dari Masjid terdengar barulah mereka beranjak pergi menunaikan ibadah sholat.
“yuk cepet, entar gak kebagian tempat lagi,Res!”

Makan sahur bersama..
“ayoo, pada bangun dulu! Bangun Dit! Resi juga bangun!” Nenek membangunkan
Kadita dan Resi matanya masih sayu,dengan segera mereka mencuci muka dan mengambil makan dipiring, mereka lebih meras enjoy kalau sahur sambil nonton siaran di Televisi.
“ini ambil tuh telor balado kesukaanmu Dit! Kamu juga nih Res” nenek menawarkan
“iya aku mau nek, umm.. wangi deh”

Beberapa waktu berlangsung, menunggu sekian jenak Imsak dari Masjid. Menikmati siaran stasiun Televisi yang rame-rame dan penuh nuansa islami yang tentunya mengandung hikmah.
“imsakk..imsakk..” beberapa kali diulang
“ayoo minum dulu ayoo!” Resi berteriak tak jelas
“heh, jangan bikin risih Atan yang lagi tidur dong! Minum ya minum aja. Entar berangkat Kuliah Subuh okee?” Sahut Kadita
“oke deh oke pastinya..”

Sepulang Kuliah Subuh..
Udara pagi ini sangat sejuk, dan sangat baik sekali untuk dihirup. Sungguh indah segala pemandangan nuansa pagi diciptakan dengan Kesempurnaan-Nya. Dijalan Kadita dan Resi saling lari berkejaran setengah terburu-buru juga karena hendak bersiap-siap ke sekolah.
“mana air hangatnya,Mbak? Resi mau mandi nih.”
“bentar nih lagi dididihkan dulu,Res” jawab si Mbak
“aku dulu aja ya Res, janji gak bakal lama deh. Soalnya takut kedinginan.hehehe..” Sahut Kadita
“ya udah sana tapi cepetan ya! Awas lhoo..”
Bersiap pergi pesantren kilat..

Dihalaman sekolah
Hari ini bagian kunjungan atau sebut aja pesantren kilat, ya temapatnya ke pesantren terdekat dari sekolah Kadita naik angkutan jurusan 07. Para siswa telah diberi perintah mencari angkot yang sekiranya bisa masuk banyak alias kosong penumpang.
“ayo kita naik angkot itu aja deh yuk!” Seru Kadita
“eh,eh jangan dulu deh. Tuh kan penuh!” Ucap Astri.
Setelah beberapa angkot yang menghampiri penuh dan selalu tidak kebagian tempat. Kadita dan Astri pun menyerbu angkot belakang yang baru datang. Memang tak bareng dengan teman-teman sekelasnya hanya bareng dengan kelas 8D. Yang ceweknya tuh super ribet dan cerewet-cerewet.

Di Pesantren..
Guru belum pada tiba semua di lokasi. Tapi disana ada dua orang kakak-kakak santri yang memandu Acaranya. Yang satu perempuan dan satunya laki-laki. Mereka sangat baik,ramah dan perhatian sekali.
“adik-adik selamat datang Di Pondok Pesantren kami, bagaimana masih lelah ?” Kakak laki-laki itu melontarkan senyum
“masih kak!”
“enggak,semangat!”
Semua menjawab berlainan, sehingga suasan agak riuh. Kakak-kakak 2 itu mencoba menenangkan kembali dan meminta semua untuk berbaris sesuai kelas masing-masing. Berderet siswa-siswi berbaris masih agak belum beres kiranya. Sang kakak perempuan ia cekatan membereskan barisan.

Akhirnya semua guru telah tiba, memang beberapa orang yang ikut ke Pondok Pesantren terlebih guru Agama.
“nah biar adik-adik tidak panas, jadi kita barisnya yang tenang,rapiin dulu ya!”
“iya bener! Terus nanti perbaris ada yang memimpin ya ucapkan ‘salaman’ kemudian ucapkan salam” kakak laki-laki itu menimpal.

Semua bergantian mengucapkan salam,lalu menyusuri daerah pondok pesantren. Tapak demi tapak dilewati mereka akhirnya berhenti dan memasuki areal Masjid pesantren. Lalu berbaris seperti sediakala.
“nah disini kita sholat Dhuha dulu ya, nanti baru kita lanjut ke acara pesantren kilat” kakak itu menerangkan lembut dan tegas.
Waktu sholat dhuha dilaksanakan waktu itu sekitar setengah sembilanan. Dan dilanjut dengan selaan dari kakak-kakak pemandu sebelum ke acara pesantren kilat pokoknya.
Saat berceramah siswa-siswi kelas 8, awalnya tak aktif bertanya dan menanggapi. Hanya ketika seorang bertanya lalu lainnya ikut bertanya tentang ajaran agama Islam. Kadita yang awalnya ragu dan malu ia pun ikut-ikutan bertanya.
Singkat waktu setelah beberapa jam lamanya mendengarkan ceramah dari para ustadz disana, giliran mengisi sedikit kekosongan saling bertukar pengalaman bagaimana perbedaan sekolah Plus sama sekolah Umum yang dipandu si Kakak laki-laki tadi.

Degg! Hati Kadita tiba-tiba berdegup. Ada sesuatu yang lain ketika matanya memerhatikan kakak-kakak berpakaian biru yang memandu acara itu. Dari sikapnya, gaya ia menjelaskan dan berbicara, kesopan-santunannya pada para Ustadz yang mengisi ceramah sungguh membuat hati Kadita terpikat asmara.
“aku tak salah pilih, kali ini orang yang tepat. Tak mungkin aku salah liat aku salah tangkap. Aku juga merasa aku akan jatuh cinta padanya.” Hati Kadita berbisik penuh asa dan rasa senang
Pertanyaan demi pertanyaan yang ditanyakan teman-temannya itu mulai dari yang masuk akal atau kurang masuk akal dan penuh kerisihan pun masih ia jawab dengan lembut dan lugas menjelaskannya.
Diam-diam Kadita terus mencuri pandang, ia sadar hari itu, bulan itu adalah bulan Ramadhan wajib berpuasa tak hanya berpuasa menahan lapar tapi juga berpuasa segala pancaindera agar tak berbuat zina ataupun maksiat.

Beberapa waktu dilewati, hatinya Kadita pun mulai bertanya-tanya apa benar ia jatuh cinta pada seorang kakak tersebut atau ini hanya menunjukan kekagumannya pada sikap islami yang tercermin darinya. Entahlah, tapi Kadita tampaknya mempunyai rasa lebih dari kagum.
“iya nih.. lama banget!” ujar Sifa
“uhh.. biasanya sampe jam berapa sih tahun kemarin pas kelas 7?” Kadita menyela
“tauk ah. Lama kalau gak salah dulu enggak selama ini kan?” jawab Aat kesal juga
“iya bener, lama banget. Huh, mana udah pegel nih kaki. Pengen diselonjorkan ah” kata Astri
Mereka berlima tak ikut-ikutan aktif bertanya pada saat acara dilanjut. Mereka hanya memerhatikan sepintas-sepintasnya saja.
Kadita fokus pada pembicaraannya dengan Aat,Sifa dan Astri tak lagi berpandangan kedepan untuk memperhatikan yang ceramah. Sesekali itu dikasih pertanyaan tentang dalil ada yang bisa menjawab kedepan dan dijanjikannya akan diberi hadiah uang senilai 10.000.
Kakak itu memegangi mix, salah satu teman kami maju dan menjawab lantang lewat mix yang dipegangi kakak itu. Kadita tak menggubris ia tetap asyik dengan obrolannya berlima.
Uppss! Hati Kadita sempet mendesis dan kaget ketika membalikan arah pandangan ada pandangan kakak itu mengarah padanya. Ia bukan gede rasa atau apa tapi ia takut kakak tadi itu merasakan ada yang memperhatikannya yaitu Kadita sendiri. Tidaklah mungkin juga menurutnya dalam hati, ia kan tadi sedang sangat lengah.
Getaran rasanya bertambah dan ia merasa lebih berbeda, tidak benar ataupun benar untuk nanti kedepannya tapi itu urusan hati Kadita.

Semenjak Kadita mengikuti pesantren kilat disana dan bertemu seorang pangeran idaman, sekarang ia sedikit lebih meningkatkan lagi keimanan dan ketakwaannya pada Allah bukan karena faktor utama kebaikan sikap dan sifat islamiyah yang dimiliki si Kakak itu yang entah siapa namanya, tapi itu membuatnya menjadi motivasi kedua setelah niatnya untuk membuka lembaran baru hidupnya dengan penuh kesucian terlebih ini adalah bulan Ramadhan.
“terimakasih untuk seorang Kakak yang mungkin engkau tahu ataupun tak tahu rasaku, terimakasih tak terhingga pada Allah SWT telah mempertemukan kami. Semoga kamii...” degg! Hati Kadita terlalu jauh berfikiran.ugh..!

No comments:

Post a Comment