Monday, August 20, 2012

PENGHIANATAN CINTA DAN PERSAHABATAN

Karya Sri Hasih Nurhayati

Cinta, setiap hari tak pernah lekang dengan kata-kata ini, kata cinta selalu menjadi topic menarik untuk dibicarakan. Cinta bisa menyatukan dua hal yang terpisah tapi juga bisa menghancurkan sesuatu yang menyatu menjadi terberai, bahkan banyak persahabatan yag hancur karena cinta. Seperti kisah yang dialami Bela.

Bela adalah gadis yang cantik dan baik. Dia baru saja lulus dari SMA, dan kini dia kuliah disalah satu perguruan tinggi yang ada dikotanya. Dia mempunyai seorang teman pria, yang merupan temannya dari kecil, semenjak sd hingga SMA selalu bersama, bahkan mereka satu dusun, namanya Aldo. Mereka berteman sangat baik, Aldo juga kuliah tapi beda universitas dengan Bela, tempat kosan mereka juga menjadi lumayan jauh, tapi hal ini tidak membuat hubgungan Bela dan Aldo menjauh. Aldo tetap sering bermain kekosan Bela.
Kebetulan Bela mempunyai seorang adik sepupu yang seumurang dengannya namanya Gita, juga bersahabat baik dengan Aldo. Jadi tak heran jika Aldo sering main kekosan Bela, bahkan bisa dibilang kedekatan Gita dengan Aldo lebih dekat dari pada kedekatan Aldo dengan Bela.
Hingga suatu ketika Aldo datang mengunjungi kosan Bela
“hai be” sapa Aldo
“hai, Aldo, masuk-masuk,eh ada aditya juga, yuk masuk-masuk” bela menyambut kedatangan Aldo dan juga Aditya teman masa SMA nya dengan amah
“ehm Gita mana bel, ada yang mau kenalan nih” kata Aldo sambil melirik aditya
“ye apaan sih, kok ngelirik gue” kata Aditya karena merasa disindir
“ouh, bentar lagi uga dating” kata Bela sambil tersenyum

Tak lama kemudian Git datang berama citra teman kuliahnya.
“eh ada tamu rupanya” kata Gita ketika masuk kekosan
“iya nih, ada yang mau kenalan sama kamu Git” kata Aldo
“ow yah, siapa?” kata Git tersenyum
“nih, kenalin temen gue, Aditya namanya” kata Aldo memperkenalkan Aditya
“hai, gue Gita, oya kenalin juga temen gue Citra” Gita kemudian memperkenalkan Citra pada Aldo dan aditya
“kak, citra mau nginep disini mala mini, boleh gag?” kata GIta pada bela
“iya boleh lah” kata Bela.
Setelah malam perkenalan itu, Citra bercerita pada Gita bahwa dia menyukai Aldo. Gita kemudian menyarankan untuk cerita dengan Bela, karena Bela adalah teman Aldo dari kecil, pasti lebih banyak tau. Akhirnya Bela menjadi mak comblang Aldo dan Citra, hingga mereka jadian. Gag ada yang menyangka, mereka baru bertemu satu kali, dan kenal baru 1 minggu udah pacaran. Padalah Citra sebenarnya mempunyai cowok lain selain Aldo. Memang hubunganny udah agak renggang, dan setelah 1 minggu jadian, Citra putus dengan cowok lamanya.
Karena Aldo dan Citra pacaran, Citra jadi sering menginap dikosan Bela, karena Aldo sering main kekosan Bela, jadi biar bisa ketemu terus. Sedang Aldo juga kalau datang tak sendirian, dia sering mengajak temannya, Aditya sering diajaknya akhirnya aditya jadian sama Gita.
Lalu bagaimana dengan Bela, bela juga jadian sama temannya Aldo namanya Andre, jadi disini ceritanya teman dapat temannya lagi. Dari sini kemudian timbul masalah. Sebenarnya Bela tak pernah mencintai Andre, lama-lama kelmaan Andre tahu karena sesunguhnya Bela mencintai Aldo, bahkan semenjak duduk dibangku SMP. Akhirnya Andre memutuskan untuk putus dengan Bela, setelah mereka pacaran selama 8 bulan, padahal pada saat itu Bela sudah mulai melupakan Aldo dan mulai mencoba menerima Andre, tapi apa mau dikata lagi.

DIA TERCIPTA BUKAN UNTUKKU

Pernah gag sih kamu ngerasain suka sama orang, tapi kamu gag pernah punya keberanian untuk mendekatinya apalagi mengungkapkan perasaan yang kamu rasakan. Sama sekali gag ada nyali untuk mengatakan semua kepadanya tentang apa yang kamu inginkan, ibaratnya udah kalah sebelum berperang. Dan yang paling menyedihkan lagi, bahkan kamu sama sekali tak pernah punya kesempatan untuk bisa dekat dengannya. Hanya bisa mengaguminya dalam diam, hanya bisa menatapnya dari jauh, terkadang merasa iri dengan orang-orang yang ada disekitarnya yang bisa ada didekatnya bahkan terkadang muncul perasaan untuk menyingkirkan mereka semua agar hanya kamu yang bisa dekat dengannya. Tapi apa daya, bahkan kamu tak mempunyai sedikit keberanian untuk mendekatinya.
Mungkin inilah yang saat aku rasakan, mencintai seorang pria yang selama ini aku cari dan idam-idamkan, seorang pria yang baik, lucu, pintar dan punya pendirian yang kuat. Seorang pria yang telah mampu membuat aku tidak tidur semalaman karena memikirkanya, membuatku berimajinasi dan bermimpi tentang cinta yang indah. Tapi aku tak pernah punya keberanian untuk mendekatinya. Bahkan berbicara kepadanya pun aku tak berani, nyaliku ciut, tapi keinginanku untuk memilikinya sangat besar.

Namanya selalu memenuhi tiap lembar diaryku, harihariku tak pernah lekang tentang dia, walau aku tak pernah bertemu secara langsung dengannya, kami memang tak pernah bertemu semenjak pertemuan pertama kali kami yang kebetulan, dia adalah teman dari kakak perempuanku
Tapi semua perasaan ini justru membuat aku hamper gila, bagaimana tidak, aku tak pernah bisa berhenti untuk memikirkannya, tak sedetikpun, sedang orang yang aku pikirkan belum tentu memikirkan aku, bahkan mungkin dia tak pernah tau tenang perasaanku. Aku telah mencoba melupakannya, tapi tiap kali aku berusaha melupakannya justru aku semakin ingat semua tentang dia, bahkan seperti ada sesuatu yang aku rasakan bahwa aku tak boleh melupakannya.

Yah aku hanyalah seorang wanita yang lemah, hanya bisa memendam perasaan yang aku punya. Hingga suatu ketika aku bertemu teman lamaku.
“hai sinta” sapa temanku rina
“hai juga, rina, tumben main ke rumah” tanyaku basa-basi
“ah, kamu, yah kemaren kemaren aku sibuk kuliah, ni juga sempet makanya main”
“owh, kamu ama siapa?” tanyaku
“ouh, sebenarnya tadi aku sama radit, tapi dia udah pulang”

Oh my god, Radit, yah dia Radit adalah pria itu, tak kusangka dia tadi ada disini dan bersama Rina, jangan-jangan. Pikiranku langsung berpikir sangat jauh, harus aku bisa terima kemungkinan terburuk
“eh sin, kok malah ngelamun sih” Rina mengagetkanku
“eh maaf, ehm kenapa Radit gag disuruh mampir sekalian?” tanyaku kemudian pada Rina
“iya tadi dia buru-buru, ada kerjaan katanya, maklumlah dia kan emang lagi magang jadi sibuk gitu”

Rina begitu tau banyak tentang Radit, bahkan lebih banyak tau dari pada aku, Rina bercerita panjang lebar tentang Radit, membuat aku makin galau, tiap kali nama Radit disebut Rina sambil tersenyum membangkitkan api cemburu dihatiku, tapi aku segera sadar, Radit bukanah siapa-sapa ku, aku hanyalah seorang wanita yang sangat mencintainya dalam sepi duniaku.
“Radit udah banyak berubah sekarang, dia makin dewasa and berwibawa, ehm bikin aku makin suka” Duarrr, kata-kata Rina seperti petir yang aku rasakan disiang bolong, apa benar Rina telah jadian dengan Radit, apa benar Rina juga mencintai Radit, dan ini artinya kami menyukai satu orang yang sama. Firastku tak slah.
“kamu udah jadian ya ama Radit?”. Tanyaku sambil menahan sesak didada
“ehm, belum kok, yah baru deket deket aja, tapi Radit orangnya dingin sin, susah ditebak” celoteh Rina. Rina memang tak pernah tau jika aku juga mencintai Radit, tak banyak yang tau tentang perasaanku ini. Hanya dina sahabatku yang tau.
“ehm, ya deketin aja, siapa tahu dia punya perasaan yang sama dengan kamu” kataku mencoba menutupi perasaanku sendiri
“iya sih, iya doain aja yah sin aku bisa cepat-cepat jadian sama Radit, kamu sendiri gimana?”
“gimana apanya?” tanyaku pura-pura tak mengerti
“iya kamu sendiri gimana, apa udah nemuin orang yang kamu suka?”. Tanya rina
“ehm, belum kok, aku masih seneng kayag gini ajah” kataku pada Rina
“ouh, emang criteria kamu kayag apa sih, siapa tau aku bisa bantuin cari” Rina menawarkan padaku
“ih apaan sih Rin, aku bisa cari sendiri, lagian kalau sekarang aku masih belum pingin”
“ya deh, entar kalau aku udah benar-benar jadian sama Radit, kamu pasti aku kenalin sama seseorang” kata Rina penuh rahasia
“apaan sih Rin, udah ah gag usah bahas ini, bahas yang lain aja”
Aku berusaha menata kembali perasaanku yang hancur lebur. Belum juga aku temukan keberanian untuk mendekati Radit orang yang sangat aku inginkan, kini aku yga harus menghadapi kenyataan bahwa Rina sahabat lama ku yang sudah sangat baik denganku juga sangat mencintainya. Tak mungkin aku bersaing dengan sahabatku sendiri. Semakin sakit hati ini yang aku rasakan.

Terkadang aku ingin rasanya mencoba melupakan semua ini, aku benci pada diriku sendiri yang tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan ini. Perasaan yang menyiksaku, yang menimbulkan sesak didakaku. Entah sampai kapan aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Mungkin benar kata orang bahwa cinta tak harus memiliki. Tapi aku juga tak bisa membohongi perasaanku sendiri, bahwa aku sangat menginginkan Radit.

Hingga suatu hari aku mendengar Rina telah benar-banar jadian dengan Radit. Aku tak kuasa menahan tetesan bening mengalir dipipiku. Dina sahabatku berusaha menghiburku.
“sabar sin, mungkin saat ini e]kamu gag bisa memilikinya, tapi kelak kamu pasti punya kesempatan untuk memilikinya”
Yah mungkin Dina benar, suatu ketika nanti jika aku diberi kesempatan untuk memiliknya, walau hanya sedetik, itu sudah sangat berharga bagiku. Kini aku hanya bisa melihat orang aku cintai bersama dengan orang lain, yang tak lain adalah sahabat ku sendiri.

Sakit memang ketika mencintai seseorang, tapi tak bisa memilikinya, apa lagi orang yang kita cintai telah ada yang punya, yang tak lain adalah sahabat kita sendiri. Tak akan tega jika harus merebutnya, persahabatan itu lebih berarti dari segalanya.dan sebenarnya Yang paling menyakitkan buatku adalah, selain aku tak bisa memiliki Radit, tapi juga karena Radit tak pernah mengerti akan perasaanku. Rasa yang terpendam dan tak pernah terungkapkan. Karena kata orang, lebih baik cinta diolak karena itu artinya kita telah berabi mengungkapkan perasaan kita dan si doi tau walau akhirnya harus ditolak, setidaknya kita tahu yang sebenarnya, dari pada cinta yang tak pernah terpendam dan tak pernah terungkapkan sehingga kita tak pernah tau perasaan dia yang sebenarnya, apakah dia sebenarnya juga mempunyai perasaan yang sama atau tidak, tapi setidaknya kita tahu yang sebenarnya, dan perasaan kita tak akan menggantung.

Yah memang Radit tak pernah tau, jika selama ini aku bisa bertahan untuk bisa terus melihatnya tersenyn, Radit tak pernah tau jika selama ini aku bernafas untuk nya, Radit tak pernah tau putih dan tulusnya cintaku. Mungkin emang salahku sendiri, kenapa aku tak pernah mengatakan apa yang aku rasakan pada Radit.
Tapi apa mau dikata, semuanya telah terjadi, nasi telah menjadi bubur, aku juga tak pernah menginginkan untuk mencintai Radit, rasa cintaku ini adalah anugrah dari Yang KUasa,bahkan aku tak tau kapan aku mulai mencintainya, kenapa aku bisa mencintai Radit, karena Cinta tak mengenal kata Apa, Mengapa, Kapan, dan Bagaimana.semuanya mengalir begitu saja, yang aku tahu adalah sampai detik ini aku masih sangat mencintainya. jika akhirnya aku tak bisa bersama dengan Radit dan tak pernah bisa memilikinya, mungkin itu sudah takdirku, yah mungkin juga Radit memang bukan jodohku. Mungkin kelak ketika aku telah menemukan kepingan hati ini yang hilang, aku akan mengingatnya sebagai bagian hidupku yang dulu pernah ada, dan kini hanya menjadi kenangan terindah buatku.

Aku berusaha sebisa ku untuk melupakan Radit, dengan mencoba membuka hati pada orang lain, tapi yang ada aku justru merasakan dunia ku semakin menyedihkan. Aku belum bisa melupakan Radit, dan untuk saat ini aku putuskan untuk sendiri dulu.
Jika suatu ketika aku dipertumakan dengan Radit dikesempatan kedua dan akan aku katakan kepadanya tentang semua perasaanku, tapi tidak untuk memilikinya, tapi untuk mengatakan bahwa aku pernah menjadikannya sebagai hal terindah dalam hidupku. Karena mungkin ketika aku dipertemukan dengan Radit dikesempatan kedua itu, aku telah mendapatkan pengganti Radit yang mengisi hari-hari ku.

Dan untuk saat ini, aku hanya ingin mencoba tersenyum, jika memang benar cinta tak harus meiliki, melihatnya bahagia itu sudah cukup bagiku. Mungkin ini yang terbaik.
“aku memang mencintai Radit, tapi aku tak akan merebutnya dari Rina, cinta memang tak harus memiliki, benar kan Din?” kataku pada Dina pada suatu ketika

Dina tersenyum padaku
“yah kamu benar sin. Aku yakin Tuhan telah menyiapkan seseorang yang mungkin tak lebih sempurna dari Radit, tapi lebih mengerti kamu”
Aku beruntung walaupun aku tak bisa memiliki Radit, tapi aku masih punya sahabat seperti Dina, aku juga masih punya keluarga yang akan terus ada untukku. Yah walau tak bisa kupungkiri untuk saat ini dan entah sampai kapan aku masih mencintai Radit dan ingin memilikinya. Walau takdir telah berkata lain. Radit diciptakan memang bukan untukku.

MAMA IZINI AKU PACARAN




Bruk..!!!!!!!!!
Tak sengaja putri menabrak seorang , gara-gara dia jalan sambil ngelamun. Alhasil ketika didepan perpus dia menabrak pemuda itu yang sedang membawa buku, sehingga buku-buku yang berjatuhan tersebut mengagetkannya dari lamunannya.
“aduh maaf, aku gag sengaja”
“iya-iya gag papa kok ” jawab pemuda ini
“aku bantuin bawa yah,mau dibawa kemana emang buku sebanyak ini” Tanya putrid kemudian, dan berusaha membawa sebagian buku-buku tersebut untuk menebus kesalahannya telah menumbur pemuda tadi
“oh gag usah deh, gag papa biar aku aja”
“udah gag papa, lagian buku sebanyak gini”
“ia udah kalu kamu maksa, buku-buku ini mau dibawa keruangan ibu dina”
“oh, ya udah”
Cerpen Remaja
Mereka berdua kemudian berjlan beriringan menuju keruangan bu Dina. Setelah itu mereka berdua berpisah. Putrid menuju kelasnya dan pemuda itu menuju ke perpustakaan lagi, karena ada buku yang masih harus diambil lagi.
“eh putri dari mana aja sih, kok baru keliatan dari tadi” kata sinta temen putrid
Óuh, iya tadi aki dari ruangannya bu Dina, bantuin cowok yang udah aku tumbur dari perpustakaan”
“ow, tumben kamu akur sama cowok, emang siapa namanya?” Tanya sinta kemudian
“iya ya siapa nama cowok tadi, aku gag tau”
“hah jadi lo udah berdua dari perpus keruangan budina ampe pisah gag kenalan?”
“egag, ya abisnya gag kepikiran, lagian gag penting uga kan” jawab putri acuh

Sinta hanya geleng-geleng kepala
“kalau begini trus ama cowok, kapan lu mau dapat pacar sih put”
“eh udah gag usah bahas yang namanya cowok, males gue, mending bahas soal lainya aja deh, makanan kek,pelajaran, apa aja deh, yang penting bukan soal pacaran” kata putrid ketus
“selalu aja begitu” timpal sinta kemudian
***

“putri aku pulang duluan yah, soalnya Andre udah jemput tuh”
“iya udah duluan sana”
“em makanya put, cepetan cari pacar, biar ada yang jemput”
“yeh, pacar lagi yang dibahas, udah sana-sana pulang, gue tanpa pacar masih bisa pulang berang sekolah sendiri” kata putrid sambil mendorong sinta kea rah Andre dengan kesal

Putri memang selalu sensi jika bicara masalah pacaran. Sintajuga gag tau apa penyebabnya, tiap kali ditanya putrid justru maah-marah gag jelas. Putrid kemudian berjalan kaki menyusuri trotoar depan sekolahnya, dia sangat kesal melihat sinta pulang dengan Andre, dan melihat teman-teman sebayanya pulang dengan pacar mereka masing-masing, sedangkan putrid, hingga umurnya 18 tahun dia belum pernah pacaran.
“eh kok jalan aja, mau aku boncengin” tiba-tiba ada sebuah motor berhenti disamping putrid
“lo siapa?” Tanya putri sekilas kemudian, karena dia merasa gag kenal dengan cowok itu
“gue orang yang lo tumbur didepan perpus tadi” kata cowok itu sambil melepas helmnya
“ow, kamu”
“kok bengong sih, udah ayuk ikut aja, dari pada jalan kaki panas-panas gini” kata pemuda itu menawari lagi
“em bener nih, gag ngerepotin” Tanya putrid basa-basi
“ya egag lah ya udah yuk naik”

Putri pun naik, lumayan gratis, piker putrid. Dasar anak ekonomi, gitu deh pikirannya, maunya gratisan terus.
“eh ngomong-ngomong nama kamu siapa, dari tadi siang pas diperpus, kita kan belum kenalan” Tanya cowok itu
“oh iya sampe lupa, nama gue putrid, kalo elo”
“gue Riyan, kebetulan gue adalah murid baru disini”
“oh, pantesan gue gag pernah liat elo”
“iya, gue baru masuk satu minggu ini, jadi gue belum banyak temen, elo mau kan jadi temen gue” kata Riyan kemudian
“oh boleh, banget, oiya gue turun disini aja deh, rumah gue udah deket kok” kata putrid kemudian
“loh kenapa gag nyampe depan rumah sekalian?” Tanya RIYAN
“oh, jangan gag usah, gag papa, sampe sini aja”
“ya udah kalo gitu, gue duluan yah” kemudian riyan meninggalkan putrid
“haduw untung Riyan gag banyak Tanya, bisa mampus gue kalu mama tau aku pulang dianter cowok” kata putrid sambil menghela nafas panjang

Putri kemudian berjalan santai menuju rumahnya, kebetulan jalan yang menuju rumahnya banyak pohon
“ehm cakep juga si riyan, dan kelihatannya dia anak baik. Ah tapi gue gag boleh suka sama dia, gag gag gag oleh” putrid berbicara sendiri sambil memukul-mukul kepalanya, dia berusaha untuk tidak memikirkan Riyan.
“mama aku pulang” teriak putrid kemudian setibanya dirumah
”eh, gimana tadi disekolah, kamu gag macam-macam kan, ingat kamu itu harus focus untuk sekolah” ucap mamanya putrid, ucapanya yang sudah hafal sekali bagi putrid dan sudah beribu kali mamahnya mengucapkan
“ia mamah, putrid ngerti, mama kan udah bilang keputri seribu kali” jawab putrid sambil berjalan menuju kamarnya.
Dia kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasurnya. Dia benar-benar merasa lelah.
***

“eh put, denger gag kalau sekolah kita ada murid baru” Tanya sinta saat istirahat
“emangnya kenapa murid baru itu” Tanya putrid sambil membaca buku novel yang tak pernah tinggal
“iya kata anak-anak dia itu, cakep, pinter main basket karena dia dulu kapten basket waktu disma nya yang dulu and dia itu tajir” kata sinta memanas-manasi putrid.

Tapi sepertinya tak tertarik dengan ucapan sinta dia hanya tersenyum mendengar kata-kata sinta, dan meneruskan membaca novelnya. Dan hal ini membuat sinta menjadi geram
“lo gag tertarik apa ?” pancing sinta
“udah deh sinta, aku lagi baca novel nih, kalau ada murid baru yang berprestasi ya bagus donk, jadi sekolah kita lebih maju” jawab putri sambil tetap menatap novelnya
“ih putrid, lo tu bener-bener ya, loo itu gag tertarik ama cowok yah, jangan-jangan”
“eh eh,,jangan sembarangan ngomong gue bukan gag tertarik sama cowok tapi gue gag boleh pacaran sama mama gue” kata putrid kemudian
“hah apa, gag salah denger gue put” Tanya sinta
“heh, ea gue itu gag boleh pacaran sama mama gue, gue itu disuruh focus ama sekolah gue, biar nanti gue sukses” kata putrid menjelaskan pada sinta
“jadi lo gag usah nyuruh-nyuruh gue pacaran, karena gue gag tertarik” sambung putrid
“tapi lo kan udah besar put, lo udah sma, adek gue masih smp aja udah pacaran”
“ya itu kan adek lo, gue kan bukan adek lo, udah ah gag penting banget, gue mau baca novel ini lagi” tiba-tiba teman-teman cewek putrid menjadi gaduh, dan rebut, mereka bilang cowok baru yang super ganteng dan keren itu mau kekelas mereka
“hah ngapain anak baru itu kekelas kita, apa dia masuk kelas kita” Tanya sinta pada putrid
“ya mana aku tau, udah lah gag pentig deh” kata putrii acuh
Sinta hanya geleng-geleng kepala, dan kemudian sinta diam dan teman-teman dikelas putrid yang perempuan semakin gaduh, putrid tak menghiraukan. Sinta kemudian menyenggol-nyenggol lengan putrid
“ih sinta ada apa lagi sih” puti kesal lama-lama dengan sinta
“jangan marah-marah dulu, itu murid baru itu katanya nyariin lo”
“nyariin gue, ngapain” putri lalu teringat Riyan, apa yang dimaksud sinta dan teman-temannya murid baru tadi Riyan.

Putri lalu mendongakkan kepalanya
“hai put” sapa cowok itu
“hah cowok itukenal lo put” Tanya sinta
“eh hai , ngapain lo kesini yan, kok kamu tau kelas gue” Tanya putrid kemudian
“dari ini” jawab riyan sambil menyerahkan sebuah buku catatan kepada putri
“loh kok bisa ada dikamu buku aku”
“iya kemarin waktu kamu turun dari motor, kayagnya kamu gag sadar kalo buku kamu jatuh, jadi aku bawa aja sekalian” jelas Riyan
“owh mungkin aja, makasih ya” kata putrid kemudia
“iya sama-sama, oh ya kamu pulang sekolah dijemput atau gimana”?
“em pulang sendiri lah,emang kenapa?” putrid balik bertanya
“em mau aku anterin pulang, kan kita searah, jadi sekalian aja” tawar Riyan
“udah iyain aja, iya putrid mau kok” sinta menimpali kemudian
“ya udah, sampai ketemu pulang sekolah ya” kata riyan kemudian dia meninggalkan kelas putrid
“ih sinta apa-apan sih, kan gue yang ditanya kok elo yang jab sih”
“abis nya lo kelamaan mikirnya, lagian gag boleh menolak tawaran cowok sebaik, dan seganteng dia”
“yeh kamu kan baru liat dia aku juga baru kenal, gimana bisa tau dia baik”putri menimpali kata-kata sinta
“udah percaya aja ama gue, eh kok lo bisa kenal dia sih?” Tanya sinta pada putrid
“iya dia itu cowok yang aku certain ketemu didepan perpus”
***

Semenjak itu putri semakin dekat dengan Riyan, mereka sering pulang dan berangkat bareng. Mereka menjadi teman yang sangat akrab. Riyan juga sering mengajak putrid jalan-jalan, kadang Cuma berdua, kadang dengan sinta dan Andre juga. Hal ini membuat putri mulai menyukai Riyan, namun dia takut untuk terus mempunyai rasa itu, karena untuk saat ini, dia dilarang mamahnya pacaran. Sehingga untuk menghilangkan perasaanya, putrid mencoba untuk menghindar dari Riyan. Hal ini tentu membuat riyan bingung dengan perubahan sikap putrid, padahal Riyan telah menyiapkan kejutan untuk hadiah ulang tahun putrid yang tinggal satu minggu lagi.
“sinta putrid kenapa sih, kok kayagnya dia sekarang berun ag sama gue apa gue ada salah sama dia ya?” Tanya Riyan dengan sinta
“gue juga gag tau yan, aku juga ngerasa minggu2 ini putrid jadi pendiam, dia sering ngelamun, susahnya putrid itu anaknya tertutup, jadi dia gag mau cerita am ague” jawab sinta
“em dulu, sebelum ini di apernah cerita sesuatu gag”
“em ada, ini soal masalah dia sama mamahnya, dia itu gag boleh pacaran sama mamahnya, dan kalu menurut aku kayagnya putrid suka sama elo deh, makanya dia ngejauhin elo, supaya dia bisa ngelupain elo, itu sih pendapat gue, soalnya dulu putrid juga kayag gitu sama orang” jelas sinta pada Riyan
“masak sih Putri suka sama gue,?”
“iya kayagnya gitu, la elo sendiri, masak selama ini lo jalan ama putrid elo gag da rasa sama putrid”
“hem jujur sebenarnya gue juga suka sama putrid, dia itu anaknya baik, pinter, lucu, dan dia nurut sama ornag tuanya, aku pengen buat kejutan untuk putrid dihari ulang tahunnya nanti” kata riyan pada sinta
“apaan?”
“ada deh pkoknya”
Semenjak itu riyan tak pernah lagi muncul dihadapan putrid, sebenarnya putrid sedih, karena dia tak bisa bersama-sama lagi dengan riyan, tapi dia juga takut dengan mamahnya. Putrid berharap dihari ulang tahunnya besok dia bisa bertemu dengan Riyan.

Hingga tiba dihari ulang tahunya, putri merasa ada yang kurang, dia ingin Riyan ada pada saat ini tapi itu hanya harapan saja, karena sudah 1 minggu ini dia tak pernah riyan, diam-diam putrid mencari informasi tentang Riyan, tapi teman-temannya juga tidak ada yang tahu, undangan acara ulang tahun untuk Riyan masih putrid genggam, tak terasa air matanya mengalir. Putrid benar-benar merasa kehilangan Riyan
“putrid, ayuk kita keluar, teman-teman kamu udah nunggu diluar” kata mamahnya putrid

Putrid mengusap air matanya, dan mengikuti mamanya.
“putrid mama mau bicara sebentar”
“kamu tau kan kalau mama sangat sayang sama kamu, mama selama ini melarang kamu pacaran karena mama takut terjadi apa-apa sama kamu, mama gag mau menghianati amanat papa kamu sebelum meninggal, untuk menjaga kamu” kata mamanya putri.
Putrid tak kuasa menahan haru,dia kemudian memeluk mamanya, kini putrid benar-benar merasakan bahwa cinta mamanya lebih besar dari apapun
“iya ma, putrid tau, putrid juga janji kalau putrid gag akan kecewain mama”
Acara ulang tahun pu dimulai, putrid merasa bahagia karena dihari ulang tahunnya ini, dia menemukan arti cinta dalam hidupnya, dalam hati kecilnya dia masih menginginkan Riyan, tapi hingga kini Riyan tak muncul.

Tiba-tiba lampu ditaman itu padam, membuat orang-orang panic, termasuk putrid, tapi kemudian ada suara piano yang merdu, dan sorot lampunya menuju ke suara itu.
“Riyan” gumam putrid. Putrid bnar-benar tak menyangka Riyan akan memberikan kejutan seperti ini. Ternyata riyan tidak hanya jago main basket tapi dia juga jago bermain piano
“putrid, selamat ulang tahun ya, aku mohon sama kamu, kamu jangan pernah lagi untuk menghindar dari aku, itu adalah hal buruk dalam hidup ku” kata Riyan sambil memberikan seikat bunga mawar dank ado untuk putrid
“tante saya mohon, izinkan saya untuk mencintai putrid tante, saya janji saya tidak akan menyakiti dia” kata riyan kemudian didepan mamanya putrid. Putrid gag nyangka riyan akan melakukan hal sejauh ini. Teman-teman putri merasa terharu dan sekaligus terkejut dengan hal yang dilakukan Riyan. Tapi putrid benar-benar kawatir mamanya akn menolak
“Riyan, kamu apa-apan sih” kat aputri sambil menariknya
“tante saya janji sam a tante saya akan menjaga putrid sebaik-baiknya seperti tante menjaga putrid selama ini” kata riyan sambil berlutut dihadapn mamanya putrid
Mamanya putrid tersenyum kemudian meminta Riyan berdiri
“tante tau kamu cinta sama anak tante, dan kamu telah membuktikan sama tante bahwa kamu benar-benar cinta dengan putri, tante akan izinkan kalian pacaran, tapi tante gag mau belajar kalian tertinggal” kata mamanya putri sambil tersenyum
Putri bener-bener gag nyangka kalau mamanya bakal ngizini dia pacaran, dan putrid juga gag nyangka bahwa Riyan bisa menaklukan mamanya. Putri merasa ulang tahunnya kali ini, benar-benar hari ulang tahun yang istimewa, karena dia telah mendapat dua kado istimewa yaitu akhirnya mamanya mengizinkannya pacaran dan juga mendapat cintanya Riyan.

CINTA NYASAR KARNA NAMA


cinta??? kalian pasti pernah merasakannya....ada yang berakhir bahagia dan ada juga yang berakhir dngan pahit....
yach itulah yang nma.a cinta.... klo smua.a berakhir dngan bahagia gx seru donk......
namaku april, ceritaku di mulai saat q kelas 2 smp....q adalah cwe polos yang belum tau apa arti cinta yang sesungguhnya.....

saat pertama msuk kelas baru dan punya teman" kelas baru..... q belum punya bnyak teman" yang ku knal adalah cuma tman yang dulu waktu kelas 1 bareng.... dalam kelas itu q baru liat cwo yang bisa mengalihkan pandanganku...q nggak tau kenapa. . .mungkinkah q jatuh cinta pada.a entahlah....

keesokan harinya adalah pelajaran olah raga.... aku berbincang" sama teman yang baru q knal dia nma.a izza.
"pril,... u rmah.a dimna?", tanya izza..
" di komplek D" jawad ku....
"wah....sama donk...ku jga di komplek D deket rumahnya Radit loh..." gumamnya..
"radit siapa?" jawab ku dengan penasaran.
" tuch loh...yang gi main basket" jawabnya. sambil menunjuk cwo yang aku kagumi.
" oh...dia to..." jawabku.

q heran ternyata dia satu komplek juga dengan ku, tpi kok q gx pernah liat dia yach....dan sekarang q baru tau ternyata dia nmanya Radit. lalu aku meliahtnya yang sedang main basket... dia cool bnget lo gi main basket... tiba-tiba aku dikagetkan oleh seseorang dia adalah dwi.
"hey...kamu lagi liatin siapa,pril? tanyanya.
"gx ko... q gi mikir aja knapa yach dunia ini gitu sempit..?
"emang knapa?
"gx pa", . .eh... pipi u tembem banget ce... pastisering di cubitin cwo kmu yach?.ejek ku sambil mengalihkan pembicaraan.
"e5ng pacar q siapa?" jawabnya
"Radit kan" jawabku asal....
"oh... jangan" u tuh...yang suka ma Radit." ejeknya
"enak ja... siapa lagi yang suka sma Radit.." lalu aku meninggalkan dwi.....

keesokan harinya,..tak tau knapa kyaknya hari ini ada yang beda,... saat q masuk kelas teman" ku smuanya menatap ku....q tak tau kenapa...begitu pun saat Radit masuk mereka menatapnya.....

tiba-tiba temanku yang nmanya hampir sama denganku yaitu prilly.....menyapaku....yah...nma.a memang hampir sama denganku nmaku apriliani safitri, sedangkan dia prilly indah....akmi sama" di panggil april. . .tpi kami gx pernah masalahin itu ce...

lalu pelajaran pun dimulai saat pa guru mengabsen ku
"apriliani safitri" tanya guru
"hadir,pa? sambil aku mengangkat tangan..lalu tiba" suara aziz,ia salah satu teman kelasku yang jahil menotong pembicaraan ku.
"salah,pa...nma.a kan bukan apriliani safitri tapi apriliani hidayat" ketusnya...

lalu teman" ku semuanya tertawa. aku baru sadar yang disambungin nma.a sma namaku kan nma.a radit...ya...tepat sekali karena nma.a radit hidayat. q heran ko mereka ngejekin q sama radit klo aku suka sma radit padahalkan tidak. . . aku nggak tau siapa yang nyebarin gosip ini....

kini setiap hari"ku selalu diwarnai gosip itu...kadang aku merasa bersalah sama Radit soalnya dia kan nggak tau apa"....setiap hari dia di gosipin sama aku....dan karena hal itulah aku dan Radit selalu menghindar. qt jarang banget ngobrol....

suatu ketika aku mendapat tugas kelompok dan yang menjadi kelompokku adalah prilly,nevy,tika,danis, aziz,dan yang terakhir adalah Radit. aku nggak nyangka bakalan satu kelompok ma dia....dan kamipun sepakat untuk ngerjain tugasnya besok di rumahnya tika.

keesokan harinya sepulang sekolah kami bersma-sama ke rumahnya tika.selama perjalanan q berbincang bincang sama teman" yang lain kecuali sama Radit. sikapku selalu digin kepadanya begitupun dia, aku tak tau kenapa aku bersikap kaya gitu mungkin karena kita takut kalo gosip yang beredar tambah marak.

sesampainya di rumah tika...kami mengerjakan tugasnya bersama-sama dan saling berdiskusi. namun aku dan radit pun tak pernah saling menyahut, kita saling sibuk sendiri... aku berdiskusi dengan tika dan dia berdiskusi dengan aziz. setelah selesai kami bersantai dan aku liat disitu ada gitar...aku hampir mengambilnya lalu direbut duluan oleh nevy.
"ih...nevy aku kan mo minjem,,," kataku
"kan aku dulan yang dapet" jawabnya
"ya dech... tapi nanti q pinjem yach.." ujarku
" iya..." jawab nevy...

setelah nevy bosen sama gitar itu ia memberikannya kepadaku. lalu aku mainkan, walaupun aku nggak jago main gitar,..tapi tiba" saat q sedang memainkannya cincinku nyangkut di senar gitar,.. "aduh...gimana nich.."
"ih...gitarnya nggak mau lepas dari kamu kali... itukan gitarnya radit...." ejek tika.

aku lalu tersipu malu dan segera melepaskan gitar ni dengan cincin ku......lalu aku meletakannya kembali...

aku menyesal telah meminjam gitar itu.... gara" gitar itu aku jadi di ejekin..

hari berganti hari, bulan pun berganti bulan,....ini adalah saat" terakhir aku di kelas 2 karena seminggu lagi dah pembagian Raport. pada hari itu aku tahu bahwa ternyata prilly lah yang sebenarnya suka ma Radit. dan sekarang aku tau kenapa aku di ejekin kalo aku suka ma Radit, padahal kan yang suka prilly. mungkin karena nama kami hampir sama jadi teman" kira akulah yang suka sama Radit. tapi karena aku digosipin sama Radit, aku juga mulai menyukainya walaupun aku nggak berharap memilikinya. tapi aku juga berfikir kasihan juga sama prilly betapa sakit hatinya kalo setiap harinya mendengar gosip bahwa orang yang di cintainya disukai oleh orang lain. mungkin kalo aku jadi dia aku pasti nggak trima.... tapi bukan salahku juga kan?... soalnya yang mengejek aku suka sama Radit kan bukan aku,..walaupun begitu aku merasa bersalah sama Radit dan Prilly.

yasudahlah....semuanya sudah terlanjur...

setelah bertahun-tahun semuanya telah berlalu....kini aku sudah kelas 3 sma, aku pun tak pernah mendapat kabar tentang Radit maupun Tentang prilly.saat itu aku diberi nomornya Radit oleh Ovie teman kelasku saat sma... yaudahlah lalu aku sms.an sama Radit dan aku bilang sama dia kalo aku minta maaf dan merasa bersalah karena aku, dia slalu di gosipin sama aku,..dan diapun menerima maafku dan dia menganggapnya kenangan yang telah berlalu.

setalah beberapa bulan..aku mendapat kabar sedih bahwa prilly telah meninggal dunia..aku pun shock mendengar berita tersebut...aku menyasal karena dulu aku telah membuatnya sedih karena akulah yang sering digosipkan dengan Radit padahal dia yang sangat mencintai Radit bukan aku..aku cuma bisa berdoa semoga prilly bahagia disisi allah walaupun tanpa cinta dari Radit....

Saturday, August 18, 2012

Arti Sebuah Pilihan





“Mamaaaaa.......Mamaaa.....jangan pergi Maaaa......tunggu lyla !!”. Dengan tersentak, lyla tersadarkan dari mimpi nya. Jantungnya berdetak dengan cepatnya. Ya dalam beberapa hari belakangan ini wajah mama nya sering sekali muncul mimpi nya itu. “ huufft!! ohh.....ternyata hanya mimpi” pikirnya dalam hati. Keringat tampak mulai membasahi kening lyla. Dia hanya termenung, Nampak sekali ada kesedihan yang cukup mendalam, sejak lyla di tinggalkan oleh mama nya tercinta beberapa tahun yang lalu. Setelah mama nya meninggal kehidupan nya berubah drastis. Sedangkan papa nya setelah perusahaan tempat kerjanya bangkrut kini menjadi pengagguran dan sering mabuk-mabukkan dan menjadi orang yang pemarah. Sering kali pula lyla bertengkar dengan papa nya itu. Lyla merupakan anak tunggal dalam keluarga nya. Jadi tampak jelas betapa sepi nya hidup lyla. “Maaa...kenapa sih harus tinggalin lyla sendiri?? lyla kangen banget ma Mama, lyla ingin sekali ketemu maaaa


!!”tanya lyla dalam hati. Airmatanya tampak membasahi kedua bola mata indah yang mulai berkaca – kaca itu. “Hiks...hiks...kenapa mama begitu cepat ninggalin lyla sih??. lyla kembali termenung tak habis pikir. Pikiran nya sangat kacau malam ini karena hampir setiap hari selalu bertengkar dengan papa nya, akibat kebiasaan mabuk nya itu.


Sesaat kemudian ia pun membaringkan kembali tubuhnya di tempat tidur. “besok aku ada janji sama rino. Aku harus cepat - cepat tidur dan bangun pagi-pagi”. Semoga esok pagi ada khabar gembira buat ku”. Pikir lyla dengan penuh harap. Tangan nya kemudian mengusap airmata yang tersisa di pipi nya. Sesaat kemudian lyla sudah kembali tertidur lelap. Meskipun pikirannya masih menerawang jauh di antara kegelapan malam.

********

“Duk,,duk,,duk,,duk”. Suara keras dari balik pintu membangunkan lyla dari tidur nya. Dari balik jendela tampak sinar matahari sudah mulai muncul. lyla lalu mengusap mata nya yang masih mengantuk. Sesaat kemudian terdengar lagi suara gedoran dari balik pintu di ikuti suara kasar. “duk..duk..duk. Lil buka pintunya!! papah mau bicara sama kamu!!. bentak papah dari balik pintu.
“cepetan buka pintu nya!! atau papa dobrak nih!”kata papa yang sudah mulai mengeluarkan kata – kata ancaman. Lyla segera membenahi pakaiannya. Sebelum membuka pintu, lyla menarik nafas dalam-dalam supaya pikirannya tenang sejenak.


Lalu pintu itu terbuka. Dari balik pintu terlihat wajah papa yang tampak marah sekali. Nafasnya mengendus-endus tanda emosinya sudah memuncak. “kamu sengaja Yaa tidak membukakan pintu kamar!! Kamu mau melawan papa Haaahh!!. bentak papa pada lyla sambil tangan kanan nya yang mulai terangkat.


“Tampar aja Pah! Lyla dah siap kok” kalau papah masih belum puas dengan yang semalam” jawab lyla dengan lantang. Matanya dengan tajam menatap papa nya yang kian emosi mendengar jawaban dari lyla.


“Papa butuh uang buat beli minuman!” bentak papa. Tangannya kemudian di turunkannya kembali. “Lyla lagi ga punya uang pah. Lagian....kan kemarin-kemarin uang baru aja lyla kasih ke papa”. Jawab lyla sedikit menahan emosinya karena sudah capek bertengkar dengan papa nya setiap saat.
“Udah habis,” jawabnya singkat.


“Jangan bohong kamu !!Cepetannnn! Mana duitnya!”. Bentak papa lagi yang sudah sangat tidak sabar.
“ Beneran nggak ada pah! Periksa aja dompet dan kamar lyla kalau ngak percaya !!” sambil tangan lyla menadahkan tangannya mempersilahkan papa nya memeriksa kamar lyla. Papanya lalu mendorong tubuh lyla dan masuk ke dalam kamarnya. Segala benda-benda yang dia temukan segera di lemparnya begitu saja. Dalam sekejap kamar itu pun menjadi berantakan tak beraturan. Lyla hanya terdiam melihat tingkah laku papa nya itu. Lyla mencoba untuk menahan airmatanya yang mulai keluar. Hati nya terasa sakit sekali melihat papa nya yang tak seperti dulu lagi.
“Mana dompet kamu!!” tanya papa dengan kesalnya.


“ itu di atas meja belajar lyla” jawab lyla singkat saja. Papa langsung beranjak dari tempat tidur menuju meja yang di tunjuk oleh lyla. Di ambilnya dompet itu, semua isinya dia keluarkan. Didalam nya hanya di temukan selembar uang 10 ribuan saja.


“ Cuma segini aja!! jangan bohong kamu!. Mana yang lainya berikan pada papa !!” dengan nada penuh ancaman ke lyla. Lyla hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun. “awas yaa...!! kalau papa temukan selain ini tau rasa kamu! Jawabnya singkat sambil matanya terus memperhatikan seluruh kamar lyla. Tak berapa lama pun akhirnya dia pergi begitu saja meninggalkan lyla seorang diri. Seketika itu pun airmata turun dengan derasnya membasahi kedua pipi lyla. Tubuhnya terasa lemas sekali dan akhirnya terjatuh. Lyla duduk bersandarkan titian di tempat tidur, dengan pikiran yang kacau.


“ Maaaa....huuu...huuu..huu.. sampai kapan harus seperti ini terus.” Lyla udah nggak tahan lagi maaa..” jawab lyla dengan suara surau nya. Tapi hanya angin sepi yang berhembus menghampirinya.

********


Suasana taman siang ini keliatan sepi sekali. Padahal hari ini adalah hari minggu, tidak seperti biasanya. “ mungkin karena cuaca mendung kali yaa? Jadi sepi gini” pikir lyla yang terduduk di antara bangku taman. Mata nya menatap ke sana ke mari. Tampaknya dia menunggu seseorang. Ya lyla kebetulan siang ini ada janji dengan rino kekasihnya itu bertemu di taman. Tanpa sadar lyla terlarut dalam lamunan panjang. Entah apa yang dipikirkannya, hanya dia yang tahu. Dan “ Heyyy....melamun aja” diikuti rasa terkejut nya lyla yang tersadar dari lamunannya.


“ kamu mengagetkan aja rin...kemana saja kamu baru jam segini datang!! “ tanya lyla pada rino. “ sory tadi ada urusan kantor bentar....oh ya kamu sudah makan belum lil? Tanya rino mengubah topik pembicaraan. Wajah nya terlihat serius sesekali terkadang tersenyum pada lyla.
“ Ga rin...aku ga lapar” jawab lyla dengan suara berat. Wajah nya menunjukkan suasana yang sedang mengalami permasalahan yang amat sangat.


Tiba – tiba tangan rino memegang tangan lyla. Di eratnya tangan yang mungil dan lembut itu. “ kamu pasti habis bertengkar lagi dengan papa mu ya? Kamu yang sabar yaa....mungkin Tuhan sedang memberikan ujian buat kamu...pada akhirnya nanti pun Dia akan memberikan jalan yang terbaik buat kamu Lil” wajah lyla hanya tertunduk mendengar nasehat dari rino. Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut nya. Rino terus menatap lyla dengan penuh senyum berharap sang kekasihnya menemukan kembali semangatnya yang hampir habis.


Beberapa saat keduanya hanya bisa terdiam. Lalu rino mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah amplop berwarna coklat dia sodorkan kepada lyla. “ nih ambil kalau kamu butuh” jawab rino. Lyla hanya tertegun melihatnya, lalu di terima nya amplop itu dengan kedua tangannya. “ maafkan aku rin kalau sudah merepotkan kamu...aku janji kok kalau sudah punya uang pasti aku ganti “ jawab lyla. Rino hanya mengangguk sambil tersenyum.


“ udah ga usah di pikirin cara bayarnya...kapan – kapan aja ga apa – apa kok, lagian aku juga ikhlas ngasih nya ke kamu”
Tampak binar mata nya memandang wajah rino dengan pekat. Senyum dan kesedihan menjadi satu dalam diri lyla. Di satu sisi ia merasa tak enak hati karena telah merepotkan kekasihna itu, tetapi di lain sisi ia tak punya pilihan lagi.
“ heyy...kenapa diam!!” tangan lembut rino menepuk bahu lyla dan matanya memandang lyla penuh senyum.


“ sekali lagi terima kasih ya rin. Aku janji kalau sudah punya uang akan ku bayar segera”. Setelah itu kedua insan manusia yang sedang di mabuk asmara itu hanya terdiam membisu menemani awan yg kian gelap. Dan hari pun semakin sore.

**********

“Dari mana saja kamu!!” wajah nya tampak penuh amarah memandang lyla. Lyla hanya menoleh sebentar lalu tampak acuh membiarkan begitu saja sesosok pria separuh baya yang adalah papa nya sendiri dan lalu melangkah menuju kamarnya.
Melihat tingkah laku lyla membuat amarahnya semakin memuncak di hampiri nya anak semata wayangnya itu, lalu tiba – tiba.


“ awww....sakit pah!!! di tariknya rambut lyla yang panjang sebahu itu dengan kuat oleh si papa. Lyla hanya bisa meringis menahan sakit. Lalu di ambilnya dengan paksa tas lyla.
Wajah nya berubah gembira saat ia menemukan sebuah amplop berisi uang pemberian rino dari dalam tas lyla.


Dengan sekejap lyla langsung menghampiri sang ayah tercinta dan berusaha merebut nya kembali. Dan “plakkkk” sebuah tamparan yang kuat mengenai pipi lyla. Lyla terjatuh, akan tetapi tangannya masih sempat meraih kaki sang papa untuk menahan nya yang hendak pergi.
“jangan pa itu lyla pinjam dari rino” pinta lyla dengan sangat.


“perduli setan!! Mo dari rino kek, dari siapa kek papa ga perduli” jawab papa dengan lantang.
“ hahaha akhir nya malam ini papa bisa minum sepuasnya”
“pah... jangan di ambil pah!!! itu buat kehidupan kita sehari – hari !!”
Lyla memegang erat kaki papa nya dan memohon dengan sangat. Memohon agar papa lyla mengurungkan niatnya itu. Akan tetapi, dengan tanpa pikir panjang lalu di dorongnya tubuh lyla hingga akhirnya ia tersungkur ke lantai.


“ kamu sama saja dengan mama mu itu, lebih baik kamu susul saja mama mu itu ke akherat!!!”
dengan tawa nya yang keras akhirnya ia pergi begitu saja meninggalkan lyla. Akhirnya ia pun menangis. Dan ia tak bisa menahan emosi lagi dan “ papah jahattttt!!!!” teriak lyla dengan sekuat tenaga di ikuti keheningan malam yang datang.


********


Telepon di rumah rino tiba – tiba saja berdering, saat itu ia sudah mulai akan beranjak tidur. Lalu segera di angkatnya telp itu.
“ rin.....ini aku lyla” jawab lyla dengan suara yang berat.
“ooo kamu lil.......tumben malam – malam telp? Kamu kenapa lil ada masalah lagi dengan papa mu ya?” simpati rino mendengar suara yang tidak biasa nya dari lyla.
“ ga kok rin aku baik – baik aja, kamu tak usah khawatirkan aku.” jelas lyla, tetapi dalam hati tetap saja rino perduli dengan kekasihnya itu.


Keduanya sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya lyla kembali membuka pembicaraan.
“rin.... terima kasih banyak yach karena selama ini, jika aku selalu punya masalah kamu pasti selalu suport aku. Aku nggak tau lagi harus ngomong apa lagi ke kamu selain kata – kata ini” jawab lyla yang sedari tadi airmata nya telah membasahi kedua mata indah nya.
“kamu bicara apa sich lil? Aku jujur nggak mengerti maksud kamu?” rino tampak bertanya – tanya dalam hati.


“ nggak kok rin....aku cuma pengen ngomong aja ke kamu” sambil menahan tangis dan kesedihan yg di alami saat ini.

Suara lyla tampak terbata – bata mengucapkan kata – kata yang membuat rino menjadi heran ada apa gerangan dengan sang kekasih hati nya itu. Suasana kembali hening saat keduanya hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.
“ rin....aku....aku...sayang kamu...” tiba – tiba telepon langsung terputus begitu rino mendengar kata – kata sayang yang terucap dari mulut lyla.
Di cobanya kembali untuk menelpon balik tetapi tidak ada jawaban, tampaknya telp lyla telah non aktif. Rino jadi berfikir – pikir sendiri tentang lyla. Rasa khawatir dan cemas seakan menghantui perasaannya.
“ rin... maafkan aku yach” ucap lyla dalam hati saat menutup telp itu.

*******

Udara dingin mulai menyelimuti pagi ini. Dari kejauhan tampak sesosok tubuh yang berjalan gontai menuju rumah lyla. Ya dia adalah papa nya lyla yang sedari malam tidak pulang, tampak berjalan dalam keadaan mabuk berat. Dia berjalan memasuki rumah itu tanpa berkata apapun. Matanya sayu berusaha menuju pintu kamar lyla.


“ duk...duk..duk..lil buka pintu nya!!!” seperti biasa kata-kata kasar sesekali keluar dari mulutnya.
Tetapi tidak ada jawaban dari dalam.
“lil!!! bukaaa!!!” suaranya mulai meninggi.
Emosinya seketika timbul, di buka nya pintu itu dengan sangat keras hingga menimbulkan suara “brakkk” akhirnya pintu terbuka. Suasana kamar gelap sekali.


“Lil dimana kamu !!jangan sembunyi jawabbb !” teriak papa saat memasuki kamar lyla. Dan tiba-tiba......raut wajah nya berubah seketika, sorot mata nya tertuju pada sudut ruangan. Disitu terlihat sesosok tubuh yang tergeletak lemas hampir tak bernyawa. Ia mendekati nya dengan perlahan di pandanginya sesosok tubuh itu yang ternyata adalah lyla putri satu-satu nya itu. Seketika emosi yang tadi nya memuncak berubah, badannya kelihatan kegetaran dan tak bisa bergerak sedikit pun.


“ li....lil....lyla” jawabnya dengan suara terbata-bata. Terduduk lah ia sambil memegang tangan dan wajah putrinya itu.
Sambil meneteskan airmata “ Lil ! Lil ! Bangun Lil.... Ini papa !!” di gerak – gerakkannya tubuh lyla tapi tidak ada jawaban.
Sekujur tubuh lyla bersimbah dengan darah yang keluar dari lengan tangan kirinya. Darah segar mengalir membasahi lantai kamar.
“li...lil.....bangun lil... Jangan pergi...” pinta papa dengan suara bergetar.




“ akhhhhhhhhhh...” di pukulnya lantai kamar beberapa kali sebagai tanda sebuah penyesalan yang amat sangat.
“ papa yang salah lil !! papa yang salah !!....seharusnya....seharusnya....” sesal nya tanpa bisa menjelaskan lebih panjang. Di benamkan wajahnya ke tubuh lyla, terdengar suarta tangis tiada henti di ucapkannya.
“ lil !! bangun lil !! jangan Tinggalkan Papa mu ini sendirian !!” tak habis – habisnya ia berkata tak karuan.


Tiba – tiba sesosok bayangan bergerak memegang nya. Papa lyla tampak kaget begitu tahu bahwa ternyata tangan lyla membelai rambutnya. Di lihatnya wajah lyla yang tengah sekarat itu terlihat tersenyum kepadanya. Antara senang dan sedih yang bercampur menjadi satu di dibelai nya wajah lyla.



“pa......pa........papah.....ga.....salah...kok” terucap kata – kata surau dari mulut lyla. Matanya hanya bisa memandangi wajah papa nya dengan tersenyum.
“ li.....li....lyla......kangen......sama.....mama”li....lyla.....ingin.....ketemu......sa...sama.....mama....pah”
jawab lyla dengan suara terbata – bata.
“ iya lil....papa yang salah...semua karena salah papa....”
“Ngg.....nggak.....pa....pa....papa....nggak.....salah kok”


“papa.....adalah....orang....yang....penuh tanggung jawab.....pada mama....dan juga....lyla”. Lyla......mau.....papa......seperti...du...dulu....lagi”.
Dengan mata yang berbinar-binar sambil memegang erat tangan lyla “ lil !! papa janji....mulai hari ini papa akan berubah !!! ya berubah demi kamu putri kecil ku !!”


“ I....iya.....lyla....percaya kok” jawab lyla yang terlihat pucat. “ iya papa janji !!! papa janji !! kita mulai lagi kehidupan ini dari awal yach”. Mulai besok ! Papa akan cari kerja, buat menghidupi kebutuhan sehari-hari kita lil !!”.



Lyla hanya tersenyum mendengar perkataan dari sang papa. Sesekali airmatanya mengalir membasahi pipinya. Lyla terlihat sangat bahagia melihat perubahan drastis dari papa nya itu. Ia sekan melihat sesosok pria yang ia kenal dulu sebelum mama nya meninggal.
“ pah...ja..jaga......diri....papa....baik-baik....yach..” seketika suara lyla terhenti, kesadarannya tiba – tiba hilang, tangan yang sedari tadi memegang pun lemas seketika.
“ Tidakkkkkkkkkkkkkkkk......lylaaaaaaaa !!!!!”

*******




“rin....rin...ini aku maya !!!!” jawab maya dengan tergesa -gesa.
“ada apa may ?? kok keliatan nya penting banget sampai pagi-pagi telp aku” jawab rino dengan terheran – heran.
“lil.....lyla rin !! lyla rin !!” hanya itu kata-kata yang terucap dari maya.
“ lyla kenapa may ?? jawab yang jelas dunk” jawab rino menjadi penasaran apa yang terjadi.
“lyla......lyla meninggal rin !! lyla meninggal !! jelas maya pada rino.


Bagai petir menyambar tubuh nya di pagi hari. Rino tak kuasa menahan gejolak dalam diri nya. Tubuhnya langsung lemas mendengar perkataan dari maya. Telp yang di pegangnya sedari tadi terlepas menghempas lantai. Kekhawatiran yang menjadi kenyataan, ia pun langsung terduduk di lantai di ikuti tangis dan sebuah penyesalan yang amat dalam mendengar berita kematian lyla.
“Rin ! Rin ! Kamu tidak apa – apa kan ? “ tanya maya berulang – ulang kali di balik telp.


Segera di ambilnya telp itu “ aku nggak apa – apa kok may...” kali ini suara rino terdengar surau tanda ia sangat terpukul sekali dengan apa yang menimpa diri nya.
Dengan bergegas segera ia menuju rumah lyla di temani oleh maya yang juga menjadi teman baik nya dan lyla.

******




Suasana pemakaman sedikit demi sedikit mulai di tinggal kan oleh para pelayat yang sedari tadi ikut menemani. Cuaca terlihat mendung tanda bahwa sebentar lagi akan datang hujan.
“ rin..... aku tunggu di mobil ya !! kamu yang tabah..... mungkin tuhan punya jalan sendiri buat lyla. Semoga ia tenang di alam sana” jelas maya memberi semangat pada rino.
“ iya may.... makasih ya” jawab rino.


Setelah itu maya meninggalkan rino seorang diri. Didekati nya gundukan tanah yang masih merah dan di taburi bunga itu. Terlihat papa lyla duduk dengan tangan memegang erat batu nisan yang tertulis nama lyla.


Rino mendekatinya dan duduk berada di samping pria separuh baya itu. “ oom....rino turut berduka cita atas meninngalnya lyla”. Lyla orang yang tegar dalam menghadapi masalah dan rino sangat sayang sekali sama lyla”. Rino ikut sedih atas kematian lyla” jelas rino dengan suara lirih.
Papa nya lyla pun menoleh dengan di ikuti senyuman ke arah rino. Di tepuk nya pundak rino dengan tangannya.


“ sama – sama nak rin.....lyla pasti juga sangat sayang sama kamu “. seharusnya oom yang berada di dalam kuburan ini bukan lyla....hiks...hiksss...” sesal nya sambil memegang erat batu nisan itu.
Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja hitam nya itu. “ ini kata -kata terakhir yang sepertinya di tulis oleh lyla sebelum meninggal, mungkin ini di tujukan buat kamu rin.....terimalah”.


Di serahkannya sepucuk kertas putih itu kepada rino. Sesaat kemudian ia berdiri dan melangkahkan diri meninggalkan rino, tampak dari kejauhan suara isak tangis nya terdengar tiada henti.

******



Titik – titik air sedikit demi sedikit jatuh ke atas bumi. Nampak nya hujan akan segera turun. Rino masih saja terpaku dengan kenyataan ini, di pandangi nya batu nisan itu oleh rino, di peganginya erat - erat. Terkadang ia pun mencium nya sesekali. “ seandai nya malam itu aku ada di sana.....aku.....aku pasti tidak akan biarkan hal ini terjadi lil !!” sebuah ungkapan dalam hati yang terucap dari mulut rino.
Lalu di bukanya sepucuk kertas yang di berikan oleh papa lyla kepadanya itu dan ia pun membacanya.

“dear rino....maafkan aku yach kalau aku tidak bisa menjadi yang terbaik buat kamu. Kamu pasti marah atas tindakan yang aku lakukan ini. Tapi !! tapi !! aku nggak punya pilihan lain rin. Aku sudah bosan dengan kehidupan ku ini. Aku ingin sekali bisa bebas!! lepas layaknya merpati putih di angkasa. Aku ingin menjadi seperti malaikat yang tak pernah mempunyai beban sama sekali. Meskipun aku tahu bahwa tindakan yang aku lakukan ini mungkin salah menurut mu. 

Rin....selama ini kamu telah banyak membantu aku, di saat aku sedih dan di saat aku senang kamu selalu berada di sisiku. Aku senang sekali rin, kamu sudah memberikan warna dalam dunia ku.....mudah – mudahan kamu mau memaafkan aku. Jujur dalam hati ku, aku sayang sekali sama kamu. Kamu jaga diri baik – baik yach. Mungkin suatu saat nanti kita akan di pertemukan kembali. Yaaaa....suatu saat nanti, dan aku pasti akan menunggu hari itu tiba !!”. luv lyla.


Bergetar hati rino membaca surat itu. Airmata nya menetes membasahi kertas itu. Dengan sekejap di peluknya gundukan tanah tempat bersemayamnya lyla. Di genggamnya erat – erat, seakan – akan lyla lah yang ia dekap.
“ lil.....bodoh kamu....hiks...hiks....kenapa kamu lakukan hal bodoh ini !!”. kamu pasti sadar bahwa perbuatan mu ini tidak akan menyelesaikan permasalahan yang kamu hadapi.... benar kan lil !!” sesal rino dengan tangan memukul – mukulkan ke tanah.


“ percuma aku menangis.... percuma aku menyesali ini semua....semua ini tidak akan mengembalikan kamu lagi”
“lil aku janji !! aku juga akan menunggu hari itu..... dan sampai kapan pun cinta ku ini tak akan pernah pudar”


“ yaaa....semoga kamu tenang di alam sana” rino mengakhiri pembicaraannya dan berdiri perlahan meninggalkan lyla seorang diri di lubang yang gelap itu. Dan akhirna hujan pun turun mengiringi kepergian rino. End

Sayang, aku ingin putus




Saat aku sedang tidak ada kerjaan, tiba-tiba ada seseorang yang mengirimi ku sms. “Anggi” isi smsnya. Aku pun langsung membalas nya dengan bertanya “siapa ini?”. Dia mengaku sebagai ahmad teman sekelas ku. Aku masih belum percaya bahwa dia adalah ahmad, akhirnya aku bertanya dengan teman-temanku apakah mereka mengetahui nomor siapa ini. Ternyata nomor itu adalah milik Rendi teman sekelas ku juga, ia mendapatkan nomor ku dari salah satu teman ku.
Setelah itu, kami jadi sering smsan. Aku awalnya tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya, tapi suatu saat dia menembakku dan aku tidak bisa menerimanya karna aku menganggap dia hanya teman. Dia tidak putus asa, beberapa kali dia menembak ku lagi sampai akhirnya aku menerima nya karna aku memiliki perasaan yang sama dengan nya, tapi saat aku menerima nya aku berkata bahwa aku tidak dibolehkan berpacaran selama sekolah, jadi kita tidak bisa ketemuan atau ngedate. Ia pun menyanggupinya.
Kami berpacaran hanya lewat sms dan telfon, di sekolah pun kami jarang berbicara karna kami tidak mau teman-teman kami yang lain tau bahwa kami berdua berpacaran. Selama itu kami banyak menghadapi masalah sampai harus putus nyambung putus nyambung. Suatu saat aku ketahuan berpacaran oleh orang tua ku, akhirnya hp ku disita dan kami tidak berhubungan lagi. Ketika hp ku dikembalikan, aku menghubungi rendi lagi dan kami pun berpacaran kembali.
***
Saat itu sandi ingin sekali menemuiku, tapi aku tidak mau karna takut ketahuan. Kami pun sepakat untuk bertemu didepan jendela kamar ku pada jam 3 subuh. Ketika kami bertemu, kami senang sekali walau dibatasi oleh teralis jendela kamarku. Tapi sayang, saat itu juga mama ku masuk ke kamar ku dan melihat ada rendi di depan jendelaku. Rendi pun langsung pergi dan aku hanya bisa diam saat orang tua ku memarahiku. Hp ku kembali disita selama berbulan-bulan dan kami tidak ada berhubungan sama sekali. Aku mengira bahwa rendi telah memiliki kekasih yang baru dan melupakanku, padahal saat itu aku masih sangat sayang kepadanya.
Setelah 6 bulan, hp ku pun dikembalikan tapi aku tidak menghubungi rendi. Pada tanggal 23 februari saat dia berulang tahun, ku beranikan diriku untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Aku kira dia tidak akan membalas sms ku, tapi ternyata dia membalas sms ku dengan ucapan terima kasih. Bermula dari sanalah hubungan kami terjalin lagi.

***
Saat pembagian kelas, aku dan sandi sekelas lagi, tapi orang tua ku tidak menyetujuinya dan meminta kepada guruku untuk memindahkan ku ke kelas yang lain. Aku pun rela dipindahkan dan tidak sekelas lagi dengan rendi. Tapi, kami masih berhubungan baik walaupun aku terkadang cemburu dengan nya yang sekelas dengan mantannya. Di saat seperti itu, aku biasanya meminta rendi untuk menelfon ku dan ku ceritakan semua unek-unekku kepadanya. Tidak jarang di telf aku menangis dan rendi juga ikut menangis.
Sebenarnya aku ingin kami tidak berhubungan lagi karna aku tidak mau terus-terusan membohongi orang tua ku, aku dulu berjanji bahwa aku tidak mauberpacaran lagi tapi ternyata aku tetap berpacaran. Berbagai cara ku coba untuk membuat rendi benci kepadaku dan meninggalkan aku. Saat itu aku hanya bisa berkata bahwa aku tidak akan bisa membuat mu bahagia karna keadaan ku yang terlalu di kekang dan aku tidak pernah bisa mengerti kamu. Tapi rendi selalu saja berkata “tujuan hidup ku hanya kamu vita, jadi kalau kita putus, aku tidak punya tujuan hidup lagi. Aku hanya ingin nanti kita bisa menikah dan bersama selamanya. Aku akan selalu mengerti keadaan mu dan memahami segala kekurangan mu”. Aku hanya bisa menangis mendengar perkataannya.
Suatu saat aku ingin benar-benar ingin rendi meninggalkan aku dan memberinya kebebasan untuk mencari wanita lain yang lebih baik dari ku, yang dibolehkan pacaran oleh orang tua nya sehingga wanita itu bisa membahagiakan rendi. Aku akhirnya meminta kepada rendi untuk putus dengan alasan aku sudah tidak tahan dan tidak sayang lagi dengan nya, padahal aku sangat sayang kepadanya. Aku tau itu menyakitkan baginya, tapi hanya cara itulah yang bisa ku lakukan. Rendi pun bersedia untuk ku putuskan.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan dengan rendi, aku merasa sangat kesepian dan hampa. Aku hanya dapat berharap suatu saat kami bisa bersama, kalau pun tidak bisa semoga saja dia mendapatkan kebahagiaan dengan wanita pilihan nya. Amin.

Harusnya Aku, Bukan Dia


Harusnya Aku, Bukan Dia

Teringat akan masalalu yang kita lewati
Terasa indah, sejuk meresap didalam sanubari
Walau duka sempat singgah, hadapi bersama
Bahagia slalu dihatiku
Kini hilanglah sudah kisah, tinggallah kenangan
Saat dia datang, menghampirimu dengan segala janji
Berikan sudah semua atas nama cinta
Hapuskan cerita kita

#Ingatkah kamu by asap band

Setiap kali aku mendengar lagu itu, entah kenapa aku selalu teringat Saka. Yach, cowok itu adalah sahabat terbaikku semenjak aku duduk di bangku SMA. Terkadang banyak sekali teman-teman yang salah mengartikan hubungan kita, karena dimata teman-temanku, Tiwi dan Saka adalah dua sejoli yang saling mencintai dan saling menyayangi. Bagaimana tidak, hubungan persahabatan kita sering diwarnai kisah-kisah romantis yang spontan dan tidak sengaja sering kita pertontonkan didepan teman-teman sekelas.

Saat itu Rizal temen sekalasku, menjahiliku dengan memasukkan kucing  di tas kesayanganku, aku nich benci banget sama kucing. Eh malah tuh anak masukin kucing di tas kesayanganku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjerit dan melempar tasku jauh-jauh dariku. “waaaa… siapa yang naruh tuh kucing di tasku..?” gayaku sambil bertolak pinggang didepan kelas. “hahaha… Tiwi Tiwi, sama kucing aja takut, malu-maluin banget sih..!” jawab Rizal dengan mata jailnya. “ouw, berarti kamu yang njailin aku Zal” akupun langsung mnghampiri bangkunya “keluarin tuh kucing atau aku bakal laporin kamu sama anggota pelindung kucing. Biar kamu ditangkep tyuz dipenjara bareng kucing-kucing ganas yang udah pernah makan manusia..!” “hahaha… mana ada tuh kucing pemakan manusia. kebanyakan nonton film kartun nech.” “Rizal, aku gag mau tau yah. Sekarang keluarin tuh kucing dari tas kesayanganku. Cepet..!” “males banget, kluarin aja sendiri.” Gayanya

 sok cuek. Tak lama, Saka masuk kelas. “ada apa sih Wi..? jeritan kamu kedenger sampek kantin tuh, keras baget sih” “agh lebay kamu Ka, kantin sama kelas kita nih kan jaraknya jauh banget.” Jawabku dengan ekspresi sama sekali gag mood buat diajak bercanda. “kamu kenapa sih..?” “neh si Rizal, dia masukin kucing di tasku. Aku kan geli banget sama tuh kucing. Disuruh buat ngluarin tuh kucing malah gag mau. Njengkelin banget kan..!” gerutuku. Rizal yang saat itu ada di depanku malah senyum-senyum kayak orang gag punya dosa. “Apa`an sih kamu Zal, udah tau Tiwi benci banget yang namanya kucing. Pake acara njahilin dia sama kucing segala. Sekarang kluarin tuh kucing, atau kamu yang bakal aku buat kluar dari sini..!” ancam Saka dengan sok jantannya. “ya`elah Ka Ka, biasa aja kale`. Toh aku Cuma becanda.” “iya tapi becandamu kelewatan tau`…! Cepet kluarin tuh kucing..!” “iya iya…” jawab Rizal yang pada akhirnya menyerah dengan

 keteguhannya, dan saat itu aku yang masih memasang ekspresi ngambek langsung ditarik keluar kelas oleh Saka dengan menggandeng tanganku. Setelah diluar kelas “udah gag usah ngambek lagi, tambah jelek tau` kalau kamu masang muka kayak gitu…!” “masih kesel tau` sama si Rizal” “yaudah, Rizal udah ngluarin tuh kucing dari tasmu kan.” “tapi masih kesel Saka..” “Tiwi, Rizal kan Cuma becanda. Maafin dia yach..!” rayunya dengan nada sok manis. “Tiwi, senyum dong..! hmz..gag ada kaca yah..? liat tuh mukamu kalo pas lagi nagmbek gini jadi keliatan tambah jelek. Ayow senyum..!” dan akupun mengembangkan senyumku dengan terpaksa. “ih, senyumnya maksa gitu. Jadi tambah kayak badut tuch” akupun akhirnya mulai sebel plus sedikit geli mendengar guyonannya “apa`an sich kamu…!” responku sambil memukul lengan Saka secara perlahan dengan senyumanku yang mulai mengembang pastinya. “nah, kalo` senyum gini kan jeleknya jadi gag keliatan

 banget” “maksudnya, aku masih tetep jelek kalo udah senyum kayak gini.” “ea, itu kan udah ciptaan dari Tuhan Wi, jadi aku gag mungkin bisa bo`onglah. Beda sama aku, Saka yang udah dari sananya ganteng, meski dibagaimana`in juga tetep ganteng. hehehe” godanya kali ini. “ich, narsis banget sih kamu” jawabku sok cuek “halah, tinggal ngaku iya ajah susah banget sih. Ayow jawab iya dong..!” “gag, Saka jelek Saka jelek.. wlek…!” sambil menjulurkan lidahku dan aku berlari memasuki kelas, Sakapun juga mengikutiku dari belakang. Sesampai dikelas “Wi, akui dong kalo aku ganteng…” “gag agh, Saka tuh sekali jelek tetep jelek. Udah jelek narsis lagi” “Wi, apa susahnya sih bilang kalo aku itu ganteng..?”sambil memasang wajah dan nada suara yang sok melas “ya susahlah, orang kamu jelek kog” “agh, Tiwi gag asik. Ngambek deh ngambek” sekarang dia memasang ekspresi yang sok ngambek dengan bibir manyunnya “terserah lo…!”

 responku yang sekali lagi dengan menjulurkan lidahku. Tak sadar, ternyata saat kita berdua melakukan guyonan itu semua mata teman-teman sekelas tertuju pada kita berdua. “prasaan baru lima menit yang lalu si Tiwi ngambek tingkat berat dech. Kog sekarang jadi aneh gini sih.” Cletuk Sinta, teman sekelasku “yaelah, kayak gag tau mereka aja sih kamu Sin. Mereka kan udah ada udang dibalik rempeyek tuh” cletuk Rizal mulai ngajak perang lagi “Eh, apa`an si kamu Zal, prasaan dari tadi kayaknya udah mau ngajak ribut” komentarku kini. “udahlah Tiwi sayang. Biarin aja, mereka tuh syirik sama kita.” Nada Saka dengan sok lembutnya yang seakan-akan saat itu aku memang  -sesuatu- untuknya. “norak agh” “jiaah, kampungan lo” “waduh waduh, pusing dah” kini satu per satu teman-teman sekelasku mulai merespon ucapan Saka. Hmz, memang kampungan sih. Tapi bisa dibilang –sesuatu dech- hehehe.

Saka memang orang yang paling bisa ngerti`in aku dibanding sama temen-temenku yang lain. Bahkan feelnya padaku selalu tepat sasaran. Suatu hari selepas pulang sekolah aku berjalan sendiri melewati kebun yang tak ter-urus keberadaannya, dipertengahan jalan ternyata aku dihadang oleh 2 preman yang tiba-tiba menodongku. “heh. Cepet kasih duit atau apapun barang berharga lo ke gue..!” bentak salah satu preman itu dengan menodongkan pisau siletnya ke arahku, sedang yang satunya memastikan kondisi disekitar kejadian. “e…e… bang…maaf, aku gag ada uang buat dikasih ke abang” jawabku dengan nada gugup karna ketakutan “lo kira gue gag tau kalo anak-anak yang sekolah di tempat lo itu anak-anak orang kaya. Ahg kelamaan lo” preman itupun langsung merebut tasku yang saat itu berusaha dengan sangat susah payah aku pegang sangat erat, dan langsung mengobrak-abrik isi tasku. Aku yang saat itu memang diposisi terjepit dan ketakutan, gag bisa melawan para

 preman itu, aku hanya bisa diam, takut, dan berdo`a berharap bala bantuan datang menghampiriku. Dan syukur ternyata Saka datang buat aku “woi, jangan beraninya sama cewek aja. Lagian percuma aja ngobrak-abrik tas itu sampek jelekpun kalian gag bakal nemuin barang berharga disana..!” teriaknya dengan lagak sok nantang para preman-preman itu. “siapa lo..? udah lo minggir sana, anak ingusan kayak lo sama sekali gag pantang buat nantang kita.” Bentak preman itu pada Saka “maaf ya bang, tolong balikin tas itu sama pemiliknya. Atau aku bakal ngambil tas itu secara paksa dari tangan abang..!” kini Saka terlihat begitu serius dengan ucapannya “lo kira gue takut apa sama lo..! sini maju lo…!” dan preman itupun menantang Saka untuk mengajaknya beradu kekuatan, hmz untung si Saka itu anggota ekskul bela diri, jadi dia dengan beraninya melawan dua preman tersebut dengan jurus-jurus bela dirinya, sedang aku yang melihat kejadian itu hanya bisa

 diam, syok, seakan aku merasa ini mimpi apa bukan sih…? Kog serem amat adegan berantemnya, jadi kayak sinetron-sinetron. Eh, lebih parah ding. Dan Saat itu aku benar-benar was was melihat Saka melawan dua preman tersebut, dan prasaan itu semakin bertambah parah karna salah satu dari preman tersebut membawa pisau silet yang tadi sempat digunakannya untuk menodongku. Beruntung tak lama sejak kejadian itu berlangsung, datang segerombolan teman-teman sekolahku dan sejumlah warga sekitar yang membantu Saka dan akhirnya bisa melumpuhkan para preman jalanan itu. “kamu gag papa Wi..?” Tanya Saka dengan penuh kecemasan, saat itu aku memang benar-benar merasa ketakutan hingga spontan aku langsung memeluk Saka dan menangis di dadanya “aku takut Ka” “udah-udah, premannya udah ketangkep kog. tuh preman bakal langsung dibawa ke kantor polisi kog. Jadi kamu tenang ya Wi.” Ucapnya sambil mengelus punggungku yang memang saat itu aku masih memeluk erat

 tubuh Saka. “udah ah, gag usah nangis gitu, jelek tau`..!” sambungnya sambil mengusap air mataku yang masih deras mengalir di pipiku “sekarang kita pulang, biar aku yang nganter kamu nyampek rumah” “hmz, makasih ea Ka” kini rasa takut itu berangsur mulai menghilang, dan akupun melepas pelukanku “iya, makanya lain kali kudu lebih hati-hati. Gag usah pake acara sok berani jalan sendiri ditempat sepi.” “iya deh iya, maaf. Janji deh gag bakal ngulangin lagi. Udah trauma ini” “ea jangan trauma juga Wi, ntar malah jadi aku yang repot kudu nganter kamu pulang pergi tiap hari gara-gara kamu trauma” gayanya mulai meledek “ya gag juga lah Ka, udah deh gag usah becanda, masih takut nih.” “iya iya, maaf. Yaudah yuk pulang..!” Sakapun menggandeng tanganku, sekali lagi adegan itu dilihat oleh beberapa teman-temanku yang berada ditempat kejadian perkara.

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian improv romantis  lainnya yang meyakinkan teman-temanku untuk berdalil “Tiwi dan Saka itu dua sejoli gag sih..?.”  dan selalu kami dengarn serempak menjawab “menurut loe..?” dan membiarkan teman-teman sekelas berdecak heran melihat tingkah laku kita berdua.

Tapi itu hanya cerita lalu, saat Niken anak baru disekolah kita datang. Sebelum Niken menjadi satu kelas bersama aku dan Saka. Dan sebelum Niken perlahan merebut perhatianku terhadap Saka. Niken memang anak yang baik, pinter dan yang lebih mengagumkan lagi dia termasuk finalis gadis sampul dari salah satu majalah terkenal di Jakarta, jadi tak heran Niken selalu terlihat cantik dimanapun dan bagaimanapun kondisinya.

Hingga Saka perlahan meniggalkanku demi menemani hari-hari Niken yang lebih berwarna. Dan saat itu pula aku merasakan Saka tidak menjadi sahabatku lagi, untuk lebih tepatnya cintaku yang selama ini terpendam yang tak berani aku tuk mengutarakannya kini telah meninggalkanku. Harus ku akui, kini aku mencintai Saka. Namun apa yang tengah aku rasakan saat ini, yang terjadi adalah keberuntungan sedang tak berpihak kepadaku, saat ku tahu ternyata Saka menyimpan asa besar yang terpendam untuk bisa memiliki Niken sang gadis cantik itu. Hingga pada akhirnya, Saka bisa mewujudkan keinginannya itu untuk bisa memiliki Niken, yah. Mereka jadian.
Sedang aku, hanya bisa terpuruk meratapi penyesalanku akan rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan ini. Hingga kini aku berusaha untuk melupakan cinta, rindu dan rasa sayangku terhadap Saka. Karena aku hanya bisa menjadi sebatas sahabatnya yang pernah hadir dalam kehidupan masa SMAnya.